featured
RIBETNYA NIKAH ALA ANDREA DAN ADJIE - A VERY YUPPY WEDDING
A VERY YUPPY WEDDING
Judul: A Very Yuppy Wedding
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Cetakan 12, Juni 2015
Tebal: 288 halaman; 20 cm
ISBN: 978-979-22-8798-1
Goodreads rating: 3,42
---
Ketenaran Ika Natassa membuat gue penasaran untuk membaca karyanya. Akhirnya gue melakukan hal yang selama ini gue hindari. Membeli metropop. Biasanya sih gue baca metropop dari ebook aja.
So here we go..
NIKAH ITU RIBET
A Very Yuppy Wedding dimulai dengan cerita pacaran backstreet ala Andrea dan Adjie. Keduanya bekerja di kantor yang sama, salah satu bank terbesar di Indonesia. Sebuah tempat kerja yang memiliki peraturan bahwa rekan satu kantor tidak boleh terlibat dalam hubungan asmara. Kalau sampai ketahuan, Andrea atau Adjie harus berhenti dan membayar denda sebesar 500 juta.
Masalah muncul ketika Adjie melamar Andrea. Rencana nikah mereka jadi ribet karena mereka harus backstreet, memutuskan siapa yang harus resign dari kantor, dan mengurus segala keperluan pernikahan di sela-sela kesibukan ala banker. Belum lagi drama pasangan Andrea dan Adjie yang hobinya cemburuan.
Apakah mereka akhirnya nikah?
Kalau gue yang nulis, mereka gak akan nikah. Tapi yang nulis bukan gue dan ini novel metropop. Sudah kewajiban metropop untuk berakhir dengan happy ending. Udah ketebak ‘kan?
Sebagai mahasiswi ekonomi yang tempat tujuan kerja teratasnya adalah bank, novel ini semakin menguatkan alasan gue untuk gak memulai karir di bank.
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Gue berani menjamin kalau cowok gak akan suka baca A Very Yuppy Wedding. Mereka mungkin akan melempar novel ini ke tembok, saking kesalnya. Karena novel ini persis menceritakan kelakukan cewek yang gak bisa dimengerti.
Gue mesti bilang kalau karakter di novel ini gak sinkron.
Andrea. Dia wanita karir, tapi childish banget. Egoisnya gak ketulungan. Setahu gue ya, wanita karir itu pikirannya lebih logis dari cewek kebanyakan. Tapiii.. Andrea ini gak suka dikekang Adjie, gak suka dicemburuin, tapi cemburu kalau Ajeng deketin Adjie dan meminta Adjie untuk jauh-jauh dari Ajeng. Haduuhh. Bagian saling cemburu dan larang-melarang antara Andrea dan Adjie ini adalah inti dari konflik novel ini. Gitu aja sampai mau nikah, sampai akhir. Umur Andrea di novel ini 29 tahun, tapi jalan pikirannya kayak anak SMA umur 17 tahun. Dia smart tapi emotionally unstable. Gini ya, kalau cewek umur 29 tahun, sudah punya karir bagus dan cantik pula, biasanya mereka ini tipe cewek yang confident banget. Bukan tipe cewek yang insecure. Gak ada tuh yang namanya cemburu sampai ngambek kalau pacarnya lupa ngabarin doang.
Adjie. Diceritakan Andrea sebagai laki-laki yang tenang dalam menghadapi masalah. Tenang? Kok posesifnya kebangetan? Suka ngambek lagi. Gak bisa liat Andrea ngomong sama cowok lain sebentar aja. Satu-satunya pengecualian Adjie adalah Firman. Karakter Adjie yang suka salah paham bikin gue gregetan. Cowok yang katanya tenang kalau menghadapi masalah, yang katanya mature, gak bakalan salah paham gara-gara liat pacarnya dipegang tangannya sama mantannya si pacar. Kalaupun salah paham, dia pasti nanya dan gak bakal menolak penjelasan Andrea.
Sebenarnya gue cukup yakin, kalau ada cowok yang baca novel ini dan ditanya apa yang akan mereka lakukan kalau jadi Adjie, mereka pasti akan menjawab: putus dengan Andrea. Sama, gue sebagai cewek juga akan bilang: gue gak mau nikah sama cowok semacam Adjie. Gue gak mau merasa bersalah setiap kali ketemu mantan tanpa disengaja. Namanya juga gak disengaja, emang bisa dikendalikan?
Ngomong-ngomong tentang disengaja. Karakter Radit ini karakter di sinetron banget. Selalu muncul di saat-saat yang gak tepat. Terlalu banyak kebetulan untuk Radit. Ketemu di Bintan, ketemu di Singapura, ketemu di acara bisnis. Udah kayak jodoh aja. Gue curiga seharusnya Radit yang jadi jodoh Andrea, bukannya Adjie.
Satu lagi yang bikin gue agak gimana gitu. Panggilan Andrea untuk Adjie. Sweetie. Gak. Banget. Gue mungkin gak akan mempermasalahkan kalau Adjie yang manggil Andrea dengan sweetie, tapi ini kebalikannya.
Kelebihan novel ini adalah cara bercerita Ika Natassa yang asik. Gak kerasa aja udah ke halaman terakhir. Ringan, mengalir, dan lucu. Gak perlu pake mikir banyak. Cara bercerita Ika Natassa yang gak kaku inilah yang menyelamatkan novel ini dari kegagalan total.
Tapi, tetap aja plotnya biasa banget. Bahkan novel Ilana Tan paling overrated, Sunshine Becomes You, punya plot yang lebih oke.
Dan jangan percaya dengan sinopsis di cover belakang yang mengatakan kalau Andrea menghadapi calon mertua yang perfeksionis. Gak ada. Justru open banget ibunya si Adjie. Ketika membaca sinopsis, gue pikir Andrea harus menghadapi camer yang sinis dan harus melakukan sesuatu untuk memenangkan hati ibu Adjie. Nope. Nihil.
Sebenarnya gue sudah berniat ngasih novel ini rating 3 bintang. Lalu drama malam sebelum pernikahan itu terjadi. Dari segala hal yang bikin gue gregetan, adegan ini adalah puncaknya kekesalan gue. You just didnt let your ex kiss you when you about to wed the next day. That was wrong on so many level.
Kalau Andrea dan Adjie adalah pasangan real di kehidupan nyata, sebentar aja mereka pasti akan menemukan alasan untuk cerai. Misal: keputusan untuk punya anak. By the way, kasian juga anak mereka, orang tuanya sibuknya gila-gilaan gitu.
KESIMPULAN
Ceritanya shallow, dangkal. Inilah alasan kenapa gue jarang banget beli novel roman Indonesia. A very yuppy wedding? More like a very unsuitable wedding for me.
RATING
QUOTE
It feels like it’s my Blackberry who’s engaged with his Blackberrt. Kalau kesibukan kami tetap seperti ini setelah menikah, bisa dipastikan we’ll be having technological intercourse a lot more than sexual intercouse.
Post a Comment
0 Comments