CINTA LOKASI DI PESAWAT: CRITICAL ELEVEN



CRITICAL ELEVEN


Penulis: Ika Natassa

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Cetakan 9, Januari 2016

Tebal: 344 halaman; 20 cm

ISBN: 978-602-03-1892-9

Goodreads rating: 3,94


----


Yep. Ika Natassa lagi. 

Gue khilaf beli metropop. 

Mungkin mengandung spoiler......


KONFLIK RUMAH TANGGA

   Tanya Letitia Baskoro bertemu pertama kali dengan Aldebaran Risjad dalam penerbangan Jakarta - Sydney. Unlike her others trip, Anya menemukan teman seperjalanan yang ganteng, tinggi, dan nyambung di ajak ngobrol berjam-jam. Ceritanya sih cinta pada pandangan pertama. Mereka tukeran nomor ponsel dan sebulan kemudian Ale menghubungi Anya. Tidak lama mereka akhirnya pacaran. Setahun kemudian nikah. Di tahun ketiga pernikahannya, Anya akhirnya hamil. Tapi pada saat usia kandungannya 9 bulan, tepat di hari Ale akan pulang ke Indonesia dari pekerjaannya sebagai tukang minyak di tengah laut, Anya dibawa ke rumah sakit. Anak mereka meninggal di dalam kandungan. Bukannya saling menguatkan untuk menghadapi kesedihan, Ale dan Anya malah terlibat pertengkaran yang menyebabkan hubungan mereka retak selama enam bulan. 


KOMENTAR

   Dont judge me. Gue suka banget baca romance. Asal kalian tahu aja. Dan menurut gue, Critical Eleven is mediocre. Cara bercerita Ika Natassa masih asik kok. Gampang dibaca, mengalir dan santai. Feelnya dapat. Gregetannya maksud gue. Tapi gak ada yang benar-benar mind blowing.

   Sejak awal pembaca memang sengaja dibuat bertanya-tanya. Apasih yang terjadi antara Anya dan Ale? Itulah yang bikin pembaca gak sabar membalik setiap halaman. It happened to me. Dan setelah gue bisa memetakan secara jelas apa yang terjadi, yah... ternyata konfliknya gitu aja. 

   Kesalahpahaman. Pikirnya Anya, A. Pikirnya Ale, B. Dan jujur aja nih ya, bagaimanapun kemasan ceritanya, kalau inti konfliknya salah paham, basi banget. Sudah banyaaaaaaaak yang pakai rumus itu. 

   Menurut gue karakter Anya agak gak konsisten. Saat di awal cerita, Anya gak mau manggil Ale dengan nama pendek. Alasannya agar dia bisa mengalihkan memori tentang Ale dari spesial menjadi biasa aja. Tapi beberapa chapter kemudian, di tengah-tengah narasi dia menyerah dengan tekadnya memanggil Ale dengan nama lengkap. Just like that. Keputusan berhenti manggil Ale dengan nama lengkap bahkan bukan inti dari chapter itu. Dari hal itu gue mikir “Ah nanti juga si Anya bakalan berhenti marah sama Ale. Marahnya gak serius”. 

And I’m right.

   Bukannya gue lebih suka novel ini sad ending dengan Anya yang tidak memaafkan Ale atau lebih parah, Anya dan Ale cerai. Bagaimanapun, ending semacam itu gak bakalan laku di genre metropop. Tapi, entah kenapa gue merasa penyelesaian konflik antara Ale dan Anya begitu mudah. Gak seimbang dengan narasi yang menggambarkan bahwa masalah utama rumah tangga mereka serius. Bahkan penyelesaian konfliknya sudah bisa ditebak. 

   Keadaan Anya yang melahirkan bayinya dalam keadaan meninggal mengingatkan gue dengan salah satu novel Sandra Brown. Gue lupa judulnya. Karakter di novel itu melahirkan anaknya dalam keadaan meninggal. Karena sudah sembilan bulan, tubuhnya tetap memproduksi ASI. Well, hal itu sama sekali gak disinggung-singgung dalam Critical Eleven. After effect terhadap tubuh si Ibu. Kesedihan Anya berpusat secara emosional. Padahal pengetahuan mengenai hal ini mungkin bisa berpengaruh terhadap ceritanya. 

   Novel ini diceritakan dari dua sudut pandang secara bergantian, Anya dan Ale. Perbedaannya? Sudut pandang Anya lebih nyesek alias muram abisss. Gue lebih suka baca bagian Ale. Lucu dan so sweet. 

  Masih sama dengan AVYW, gue gak dapat pesan apapun dari cerita ini. Seriously. Selain pantang menyerah mungkin? LOL. Anyway, walaupun pesannya gak dapet, ada banyak banget kalimat yang bisa dijadikan quote. 

  Kesimpulan gue setelah membaca AVYW dan Critical Eleven, kelemahan Ika Natassa adalah pengembangan karater dan alur cerita. Kelebihannya, cara bercerita yang asik dan lucu. Cocok banget lah untuk pembaca remaja dan dewasa muda. Beberapa orang mungkin gak suka sama cara bercerita Ika Natassa yang pakai bahasa gado-gado, campur bahasa Indonesia dan Inggris. I have no problem with that. 

   Ciri khas, settingan cerita novelnya. Kehidupan kalangan atas, pebisnis, dan banyak nama brand mahal terutama fashion disebutkan (gue sampai berpikir, ini endorse atau apa sih). Secara pribadi gue juga gak masalah dengan hal itu. Mungkin orang kaya memang seperti itu kehidupannya. I dunno. 

   Nah... menurut gue, settingan cerita semacam ini yang membatasi novel-novel Ika Natassa untuk disukai oleh pembaca umum. Bahasa ekonominya, terlalu segmentif. Selain itu, susah menemukan pesan moral yang bisa diambil. Jadi ya, baca novelnya cuma buat baca santai dan senang-senang aja. Nih, bayangin kalau Critical Eleven setebal A Clash Of Kings, 1000 lembar, dan sampai halaman akhir kalian gak dapat apa-apa ketika selesai membacanya. Marah? Jelas. 


KESIMPULAN

Mediocre. Jangan beli, kecuali lo benar-benar suka metropop atau romance in general atau lagi banyak duit aja. 

ps. gue suka romance

pss. gue pilihin quote yang paling galau


RATING


Sebenarnya gue ngasih rating 2,80


QUOTE


"Nya, orang yang membuat kita paling terluka biasanya adalah orang yang memegang kunci kesembuhan kita."

Post a Comment

1 Comments

  1. 1xbet korean sports betting | BK9bet88
    Bet on Football with 1xbet Sportsbook. Bet on Football 1xbet in your country today! youtube to mp4 24/7 메리트 카지노 Live TV, IPL, Football and More!

    ReplyDelete