JUST ONE DAY (Gayle Forman) - TOTALLY BOOK HANGOVER



JUST ONE DAY


Penulis: Gayle Forman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Cetakan kedua, Maret 2016

Tebal: 400 halaman, 20 cm

Goodreads rating: 4,03


---


Totally book hangover material. 

Gue gak nyangka sama sekali. 


-pre story-

  Saat membelinya, buku ini dan sekuelnya bukan pilihan pertama. Kecelakaan banget ‘kan? Rencananya gue mau beli ‘I Was Here” karya Galye Forman juga. Itu buku pertama yang membuat gue tertarik setelah satu jam keliling gak jelas. Sampai-sampai pramuniaganya menawari dua buku yang lagi promo. Satu buku lagi yang seharusnya gue beli adalah “Finding Audrey” karya Shopie Kinsella.

   Terus gue iseng aja mencari di katalog karya Gayle Forman yang lain. Kenapa? Gue pernah baca If I Stay dari ebook. Gue nyesal banget. Seharusnya gue beli buku itu juga saat pertama kali membacanya. 

   Intinya, ternyata ada karya Gayle Forman yang lain. Judulnya “Just One Day” dan “Just One Year”. Gue minta pramuniaganya mencari. Gue berharap mereka gak berhasil menemukan dua buku ini. Soalnya budget belanja gue terbatas. 

Dan mereka menemukannya. 

Gue dilema. 

   Setengah jam kemudian gue harus memutuskan: (1) sesuai rencana awal dan belanja sesuai budget atau (2) beli semuanya tapi gue gak bakal makan. Which is baaad. Gue putuskan pada pilihan pertama. Ada buku lain yang harus gue beli juga saat itu. Namun ada dilema lagi. Yang mana? Buku yang mana dari empat judul itu? Karena seperti kata Doraemon, gue berada di situasi “Ini itu, aku ingin semua”. 

Karena kalian membaca review ini, tentunya kalian bisa menebak gue beli buku yang mana. 


So, here is the review...

Ada dua hal yang membuat gue kesal dengan Allyson Healey. 


Pertama.

   Good girl bertemu dengan bad guy. Allyson Healey. Kebanggaan orang tua, penurut, tidak pernah mengecewakan. Calon dokter. Bahkan untuk memotong rambutnya menjadi model bob, harus dipaksa oleh sahabatnya. Basically, she never do anything on her own free will. She do what everyone told her. 

   Willem de Ruiter. Totally bad guy. Walaupun penulis gak menggambarkan fisik, gue yakin tentang hal ini. He is dangerously hot. Cewek-cewek mengirim sinyal minta kenalan dengan Willem setiap saat dan teman wanitanya tersebar di setiap meter perjalanan mereka. Wildly mysterious. Dia pelancong, menguasai empat bahasa: Inggris, Belanda, Spanyol, Prancis. Aktor dan bermain di drama Shakespeare. And he lives with his own rule. 

   God Dammit Allyson! Wrong guy to fall for! You can’t handle him. Untuk ukuran cewek hanya pernah pacaran sekali dan gak pernah patah hati, he is just too much for her. 

 Ketika gue membaca Allyson gugup dan terpesona atau tidak bisa menyembunyikan kecemburuannya, dan bagaimana Willem menatapnya geli karena itu. Dia tahu! That damn bastard. Gue memaki-maki Allyson dalam hati “Bego banget sih lu jadi cewek!”

Bahkan sinopsisnya pun mencerminkan basic romance banget. Good girl and bad boy. Meh! 


Kedua.

  Orang asing. Allyson bertemu dengan Willem karena Shakespeare. Pertama, ketika Willem membagikan brosur pertunjukkan. Kedua, saat Willem berperan sebagai Sebastian. Willem melemparkan koin kepada Allyson di akhir pertunjukkan. Lalu mereka bertemu lagi di kereta. Saat itu Allyson bahkan tidak tahu namanya. Lalu lelaki asing berkebangsaan Belanda ini menawarkan jadi tour guide Allyson ke Paris. Padahal saat mereka bertemu di kereta, Willem berencana pulang ke Amsterdam. 

   Kalau mengingat bagaimana sifat Allyson sebelum bertemu Willem, gue gak percaya Allyson sampai bisa mengiyakan tawaran itu. Is she even on her right mind?

   Mereka bahkan gak tahu nama asli satu sama lain. Allyson hanya tahu nama depan si lelaki asing Belanda, Willem. Sedangkan Willem lebih parah lagi. Gak tahu nama asli Allyson sama sekali. Willem memanggilnya Lulu karena Allyson mirip Louise Brooks. Mereka gak berusaha untuk mencari tahu.

NIH LOUISE BROOKS 

   Mungkin satu-satunya alasan Allyson menerima tawaran ke Paris karena ia tertarik dengan Willem. Duh, siapa yang gak tertarik sama cowok ganteng?

  Basic romance dan insta love adalah dua hal yang membuat gue malas baca YA, teenlit, atau metropop. Namun guys, dari novel yang gue remehkan ini gue mendapat pelajaran yang berharga. Seperti kata D’angelo Harison, sahabat Allyson. “Jangan langsung menyimpulkan.” 

   Perjalanan mengubah hidup itu terjadi. Ke Paris. Bersama lelaki asing. Jatuh cinta, tentu saja! Oh my sweet summer child! Allyson sebelum Willem adalah sosok yang statis. Hidupnya teratur, jadwalnya ditentukan per jam, tidak pernah satu hari pun ia lewatkan sia-sia. Ia baik-baik saja. Rencana masa depan kokoh. Dan menurutnya saat itu, ia bahagia. Jatuh cinta kepada Willem, persis menurut sinopsisnya, mengubah total hidup Allyson. 


Frist time I feel proud of a fictional character. 

   Awal mula Just One Day memang kelihatan dari luarnya shallow. Itu hanya cerita awal yang menipu. There is so much you can get from this book. Bagian favorit gue ketika Allyson mulai breakdown sampai ia menemukan lagi kebahagiaannya. Pada awalnya gue gak suka banget sama karakter Allyson (thanks Merlin, it didnt stop me from reading). Halaman demi halaman perubahan karakter Allyson membuat gue berharap memiliki keberanian seperti dia dalam menyelesaikan masalah. She become strong and honest with herself. She didnt run away. 

   In the end, you can see Allyson healing. It’s beautiful. And as a reader, I’m so proud of her. No shit. I never feel proud with any character before. I feel like telling her: “Yes girl, you did it. No matter what, you did it.”


I AM SO PROUD !!!!!!!!!! 

Guess that’s why I got book-hangover.

Anyway. Selain ceritanya, dua hal lagi yang bisa kalian expect dari buku ini. 

   Shakespeare dan traveling. Buku ini dimulai dengan pikiran Allyson mengenai Shakespeare dan itu bukan kalimat pembuka asal-asalan. It has purpose. Ada tiga drama Shakespeare yang dikaitkan Gayle Forman ke dalam cerita ini. Gue juga suka banget dengan karakter Dee dan penjelasannya mengenai Romeo dan Juliet. 

  Setting tempatnya banyak. Dari satu kota ke kota lain. Perjalanan Allyson inilah yang membuat ceritanya semakin menarik. Orang bijak pernah berkata, setting yang benar-benar blended (macam make up) gak bisa dipisahkan dari ceritanya. Kalau kita ganti kotanya, kita hapus cerita traveling Allyson, this book won’t be the same. I promise you. Cerita travelingnya gak sebanyak Just One Year sih. And YES! I already read the sequel. Muahaha. 

  By the way, covernya keren banget. Didesain oleh Martin Dima. Baru kali ini juga gue memperhatikan nama orang yang mendesain cover. 


TESTIMONI GOODREADS

This book is...theraputic. Its a journey. and you come out of it like a different person. Like Allyson. Gayle Forman writes differently in each of her books which is quite magnificent!!! Her characters are all unique but you can relate to them so easily!! –Fenia

KESIMPULAN

Gayle Forman is she not he. Pertama kali mendengar namanya, gue pikir Gayle Forman laki-laki. That’s not the point. Intinya gue gak menyesal membeli buku ini dan kedepannya gue akan mempertimbangkan untuk membeli karya Gayle Forman yang lain. 



RATING



QUOTE


“Kau harus jatuh cinta untuk mencintai seseorang, tapi mencintai seseorang tidak sama dengan jatuh cinta.” - Willem de Ruiter

Post a Comment

0 Comments