AN ABUNDANCE OF KATHERINES: PREDIKSI ASMARA DENGAN TEORI MATEMATIKA


“AN ABUNDANCE OF KATHERINES” 


John Green

320 halaman; 20 cm

Goodreads rating: 3,71

Cetakan Kedua, September 2014

Gramedia Pustaka Utama


----


   Kalau soal pacar, ternyata tipe yang disukai Colin Singleton adalah cewek-cewek bernama Katherine. Dan kalau soal Katherine, Colin selalu jadi yang tercampak. 

---

   Colin Singleton berbeda dari remaja yang lain. Bukan hanya karena dia adalah anak ajaib (yang pada saat berumur empat tahun membaca buku tentang Archimedes), namun juga karena tipe ceweknya. Semua pacar Colin (dalam novel ini sudah menjadi mantan) bernama Katherine. Setelah diputuskan oleh Katherine XIX dan menderita patah hati yang luar biasa, Colin melancong bersama sahabatnya, Hassan, ke Tennessee. Selama di Tennessee Colin berusaha menciptakan teori matematika untuk membuktikan bahwa hubungan asmara dapat diprediksi. Spoiler: Colin berhasil. 

   Gue heran kenapa An Abundance of Katherines justru mendapat rating paling rendah di antara di novel John Green yang lain (Looking For Alaska dan Paper Towns) di Goodreads. Karena menurut gue novel ini lebih menyenangkan daripada Looking For Alaska dan hampir sebagus Paper Towns. Mungkin karena: a) banyak pembaca yang tidak menyukai segala hal tentang matematika dan grafik, gue bukan penggemar matematika dan rumus-rumus di novel ini gak terlalu mengganggu selama gue gak disuruh untuk menghitungnya! (b) isu agama, Colin dikatakan setengah Yahudi dan Hassan adalah muslim. Di terjemahannya Hassan sering memanggil Colin sebagai ‘orang sesat’ sebagai panggilan persahabatannya. Sepertinya kalau dalam versi Inggris, Hassan memanggil Colin dengan sebutan Kafir. Menurut gue pribadi terlalu dangkal untuk memahami agama melalui deskripsi parsial. (c) shallow? Sedikit. Memang gue akui Abundance of Katherines lebih dangkal kalau dibandingkan dengan novel John Green yang lain. Tidak terlalu banyak makna tersirat yang membuat pembaca merenung. 

   Warning Spoiler. Beberapa waktu yang lalu gue membaca sebuah review yang mengatakan Katherine memiliki karakteristik yang mirip dengan Margo dan Alaska. Dari situ gue menarik kesimpulan bahwa karakter utama ceweknya adalah Katherine (yang sebenarnya menurut gue, karakter Katherine ini tidak lebih hanya sekedar ‘nama’). Oleh karena itu ketika Lindsey Lee Wells muncul, gue mikirnya ‘oh – karakter pembantu lain’. Gue mulai mencurigai Lindsey sejak ia menunjukkan tempat rahasianya kepada Colin dan ketika CSL mengkhianati Lindsey. Paham kan? Walaupun sejujurnya peran Lindsey tidak sepenting peran Hassan sebagai sahabat Colin. 

   Intinya sih, selain The Fault in Our Stars, novel-novel John Green selalu disalah-promosikan sebagai novel romance, tetapi sebenarnya cinta bukan unsur penting utama dalam cerita novel-novel itu. 

   Konflik utama novel ini adalah Colin sendiri. Sejak kecil ia dianggap akan menjadi anak genius yang melakukan penemuan berarti untuk umat manusia. Karena sejak kecil dianggap anak ajaib dengan kemampuan mengingatnya dan akan menjadi genius, Colin kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa memenuhi harapan tersebut. Semenjak dicampakkan para Katherine, rasa percaya diri Colin jatuh dan ia merasa menjadi orang yang tidak cukup berarti.

   Selain konflik patah hati Colin terhadap para Katherine atau kekacauan yang terjadi pada saat perburuan babi dengan CSL and the gengs, sebenarnya ada satu konflik lain yaitu pabrik tekstil milik Hollis Wells. Konflik yang terakhir sepertinya terlupakan begitu saja setelah (warning spoiler) Colin move on dan berpacaran dengan Lindsey. I mean, Colin dan Hassan dipekerjakan Hollis untuk melakukan wawancara kepada penduduk kota Gutshot agar Hollis bisa menuliskan sejarah mengenai Gutshot. Apa kelanjutan dari itu? Apa gunanya gue membaca cerita super panjang dari Starnes Wilson dan penduduk kota yang lain? Mereka juga bertemu salah satu pekerja pabrik yang bernama Katherine! Dan sebenarnya krisis keuangan yang dialami pabrik tekstil milik Hollis juga tidak ada jalan keluarnya? Gue kira Colin bakal melakukan sesuatu mengenai konflik ini. Untuk bagian itu gue cukup kecewa. 

   Dua hal yang gue sukai dari novel ini. Persahabatan Colin dan Hassan, kalau menulis tentang persahabatan, John Green nomor satu. Serta selera humor Colin dan Hassan (termasuk footnote). 

   Sejauh ini gue sudah membaca empat novel John Green: The Fault in Our Stars, Paper Towns, Looking For Alaska, dan An Abundance of Katherines. Mayoritas pembaca YA adalah para cewek, tetapi kalau ada novel YA yang akan gue rekomendasikan kepada para pembaca cowok maka itu adalah An Abundance of Katherines. 

Kesimpulan: unik, menarik, seru dan menghibur, namun kurang twist yang mengejutkan


RATING




QUOTE

“Dan moral kisah ini adalah kita tidak benar-benar ingat apa yang terjadi. Apa yang kita ingat itulah yang terjadi. Dan moral kedua adalah, jika sebuah kisah bisa punya lebih dari satu moral, Pencampak tidak lebih buruk daripada Tercampak – putus hubungan asmara bukan sesuatu yang dilakukan terhadapmu, tapi sesuatu yang terjadi kepadamu.” Hal. 292

Post a Comment

0 Comments