RED QUEEN: Hunger Games, X-Men, + Almost Everything Else



RED QUEEN


Penulis: Victoria Aveyard

Penerbit: Noura Books

Tahun terbit: Cetakan kedua, Juni 2016

Tebal: 516 halaman

Goodreads rating: 4,09

---

HUNGER GAMES + XMEN + ALMOST EVERYTHING ELSE. 

   Ketika Kilorn harus berangkat ke medan perang, Mare melakukan apapun untuk menyelamatkan Kilorn. Karena berangkat ke medan perang berarti kematian. Namun usahanya menyelamatkan Kilorn justru membuatnya terjebak di antara peperangan kaum merah dan kaum perak. 

   Terlahir sebagai kaum merah, Mare Barrow membenci kamu perak. Dan sekarang ia harus menikahi salah satu dari mereka. Dan bukan hanya sembarang kaum perak, tapi seorang pangeran kaum perak. Sementara kaum merah telah memulai perlawanan terhadap kaum perak, Mare harus menentukan di pihak mana kesetiaannya, siapa yang dipilih hatinya, dan siapa dia sebenarnya? 

Dia bukan merah. Juga bukan perak. 


KEKURANGAN

   Pertama, pertemuan Cal dan Mare. Menurut gue kejadian itu merupakan momen kebetulan yang sangat langka. Cal adalah pangeran kaum perak, pewaris takhta utama. Mare adalah rakyat biasa dari kaum merah. Mare juga gak tinggal di ibukota Norta. Dia tinggal di desa. Kemungkinan dia bertemu dengan Cal hampir mustahil. Sama aja kalau gue ibaratkan: gue gak sengaja ketemu TOP BIGBANG di Banjarmasin. Terus dia suka sama gue. Kalau gue cerita kayak gitu, percaya gak lo? Gak? Pasti gak percaya. What a great luck banget kalau ketemu. Sedikit banyaknya, pertemuan Cal dan Mare juga mengingatkan gue sama Cinderella. Selain agak sulit dipercaya, jatohnya terlalu mainstream. A lot of romance novel use these.

   Kedua, semua tindakan dan keputusan Mare yang dipicu oleh perasaannya kepada Kilorn. Terutama di awal cerita, which is so stupid. It makes him looks weak. Almost make me stop reading the book. Ini preferensi gue pribadi sih, gue gak suka karakter cowok yang lemah. Apalagi karakter cowok lemah yang ditolongin sama karakter ceweknya. *geleng-geleng kepala*Apa sih istimewanya si Kilorn ini? Apa yang dilihat Mare dari Kilorn? Gue gak ngerti sama sekali sebesar apa, seberapa penting arti Kilorn sampai Mare melakukan tindakan yang membahayakan dia dan adiknya. I have no freaking idea. 

 Ketiga, Mare –yang atas saran Maven- memanipulasi Cal agar mendukung dirinya dalam pemberontakan.Remember that shocking plot twist near the end?

Logis? Logis. Bisa dilaksanakan? Menurut gue gak bisa. 

   Rencana Maven ini merupakan tipe rencana yang harus dicapai bertahap, bukan in just one moment act. Kalaupun memang Victoria Aveyard sudah memasukkan tahap-tahap itu (clue, hints, all of that) ke dalam cerita, gue sebagai pembaca gak menyadarinya sama sekali. Jadi ketika masuk dalam adegannya, hah? kok?Lo gak mungkin lah ya berharap Cal berpaling memilih Mare hanya karena perasannya dan satu ciuman dari Mare. Cal adalah seorang jenderal dan ahli strategi. He is a man. Man thinks not feels. Gue gak melihat sedikitpun tanda-tanda dia akan memberontak kepada ayahnya. Hanya karena seorang cewek dari kaum merah yang gue yakin gak (belum) dia cintai.

   Mengharapkan Cal mengikuti perasaannya akan membuat Cal sangat bukan Cal. Itu akan merusak karakter Cal. Gue sempat berpikir apakah hal itu disengaja oleh Maven –agar gagal. Gak ada angin, gak ada hujan, dan itu rencana besar. It was not convincing at all. Also too obvious. Mare and Farley should know that too. And somehow they were blind of it. Mereka mempertaruhkan tindakan besar yang sangat penting pada perasaan manusia, yang pada hakikatnya emang gak bisa ditebak. Okelah kalau hal itu memang disengaja Maven agar gagal, tapi yang gak acceptable adalah kok bisa Mare dan Farley gak sadar. Sedangkan gue sebagai pembaca bisa melihat itu. Sangat jelas. 

   Keempat, idenya gak terlalu orisinal. Banyak adegan membuat gue teringat beberapa film dan buku sejenis. Pembunuhan di arena, Hunger Games. Pelatihan Mare dengan kaum perak, Divergent. Manipulasi Pers, Hunger Games. Kekuatan-kekuatan kaum perak, X-Men. Klan-klan kaum perak, GOT. 

   Gue merasa Red Queen mengambil best part of all that books or movies, and put all of them together in one story. Apakah itu baik atau buruk? Gue sih 50:50. Sebenarnya keren banget. Banyak elemen. Tapi menurut gue, Victoria Aveyard masih belum bisa menghilangkan rasa Hunger Games, rasa X-men, rasa Divergent, dan rasa-rasa lainnya dari keseluruhan buku ini. Jadi kesannya masih comot sana, comot sini, gabung. 


KELEBIHAN

  Pertama. Penulisan adegan perkelahiannya luar biasa. So captivating. Victoria Aveyard tahu bagaimana membangun ketegangan dan melepaskannya di saat yang tepat. Semua adegan perkelahiannya gak ada yang mengecewakan. So many fighting scenes I loved it.5++ untuk semua adegan perkelahiannya. 

   Walaupun banyak tindakan Mare atau karakter lain yang bikin gue mengerutkan kening, tapi semua adegan pertarungannya menyelamatkan kekurangan-kekurangan itu. Segitu intens, segitu kerennya Victoria Aveyard menulis adegan pertarungannya. 

   Kedua. Love Triangle. Gue benar-benar yakin –sebagai saudara- Maven dan Cal saling menyayangi, saling ingin melindungi. I see that. I did see that. Dan memunculkan Mare di antara mereka. Kejam banget. Wahai penulis, begitu besar dosamuuuuuu!

   Kadang-kadang gue agak lelah juga baca romance yang arahnya ke cinta segitiga. Pada akhirnya gue pasti benci sama karakter heroinnya. Dan membenci heroine itu rasanya kayak membenci diri sendiri. LOL. Tapi yang ini kok beda ya?

Beginilah pikiran gue ketika membaca buku ini.

Gue: “Mare, pilihan yang tepat adalah Cal.”
Ternyata Mare gak bertunangan dengan Cal.
Gue: “Apaaa!”
Apalagi kesan pertama gue ke Maven itu jelek banget.
Gue: “Halah nanti juga sama Cal. Udah jelas nanti Cal tergoda selingkuh dari si bitch itu.”
Ternyata Cal malah dingin, cuek bebek. Dan Maven... ternyata dia beda. Kesan pertama gue sama Maven salah.
Gue: “Pilih.. Maven?”
Maven terus dapat nilai plus-plus. Semua tindakannya memiliki alasan. Dan Cal terus mementingkan tugasnya sebagai ahli waris. Gue juga melihat sisi lain Cal yang gak gue suka.
Gue: “Maven! Maven! Pilih Maven!”
*terjadilah plot twist*
Gue: *bengong* Ini apasih, kok Maven jadi kayak pangeran charming yang mengkhianati Anna di Frozen. Maven kamu pura-pura ya Nak? Aku maklumi karena mamah-mu ‘kan memang cruella de devil. Ayo Nak, balik jadi baik lagi. 

   Gue selalu bisa menebak siapa pasangan akhir si heroine. Awalnya gue mendukung Cal. Lalu muncul Maven. Setiap bab gue selalu berubah team. Team Cal then team Maven. Just like that every single chapter. I am so confused. Kok gue merasa jadi Mare yang harus milih mereka? Bahkan setelah ending, hati nurani gue sempat-sempatnya membuat excuse untuk Maven. Ini bukan Maven, dia melakukannya untuk menyelamatkan Mare. 

   Ketiga. Covernya classy banget. Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk

   Keempat. Nama-nama karakternya keren. Gue selalu memastikan, kalau setiap novel yang gue baca punya nama karakter yang bagus, gue jadikan itu nilai plus. Susah loh cari nama karakter yang bagus. Gue agak malas sih mengakui, tapi gue paling suka nama Evangeline. 


KESIMPULAN

Overall ceritanya mengagumkan. Walaupun ada beberapa hal yang gue gak setuju. Kalau gue kategorikan Red Queen di Young Adult Fantasy, bolehlah dikatakan novel ini di atas rata-rata.



RATING



QUOTE


“Kau sebaiknya menyembunyikan hatimu, Lady Titanos. Hatimu tidak akan menuntunmu ke mana pun kau ingin pergi.” – Maven. Hal.193













Post a Comment

0 Comments