KOMENTAR KECIL UNTUK NOVEL HUJAN BULAN JUNI

Novel Hujan Bulan Juni

Sapardi Djoko Damono
135 halaman
Goodreads rating: 3,60

--

Bagi yang menyukai karya-karyanya Pak Sapardi Djoko Damono (SDD), kemungkinan besar pernah membaca novel Hujan Bulan Juni. Sebuah novel yang penuh dengan misteri dan tanda tanya di setiap babnya ini, sungguh bisa membuka cakrawala bagi pembacanya. Selain itu, pembaca juga sedikit banyak akan terinspirasi oleh ciri khas penulisan novel penyair besar milik Indonesia ini.

Jika puisi-puisi Pak SDD telah dikenal luas, bahkan dikutip di mana-mana, maka prosa dalam buku Hujan Bulan Juni bisa membuat pembaca muda mengenal lebih dalam dunia kreativitas Pak SDD. Saya sendiri memang baru menyelesaikan membaca novel itu beberapa waktu lalu. Dan saya sendiri pun tidak menyangka bahwa saya mendapatkan begitu banyak hal  pasca novel itu saya baca habis.

Beberapa hal yang saya dapat, misalnya, kebudayaan dari berbagai tempat seperti Solo, Menado, dan Jepang. Kemudian tentang bagaimana cara berpikir orang-orang Jawa (Solo) yang berbeda dari pada cara berpikir orang-orang Menado. Dengan memahami itu, kita juga bisa memahami bahwa kebudayaan setiap entitas suku bangsa juga sudah pasti berbeda, kan?

Lalu cara Pak SDD meramu kelucuan sepasang insan yang (diduga) saling jatuh cinta. Kalimat-kalimat dan dialog-dialog antara tokoh lelaki bernama Sarwono dan tokoh perempuan bernama Pingkan, mampu membuat pembaca merasakan kedekatan antara tokoh-tokoh itu dengan diri pembaca sendiri. Misalnya bagaimana ketika mereka saling ledek padahal mereka sedang saling merayu. Dan itu mengingatkan kita pada kondisi seperti saat cinta lokasi atau terbelit rasa pada salah satu teman kita.

Selain dua hal di atas, masih banyak hal-hal  menarik dan unik lain di dalam novel ini. Kejutan-kejutan pun akan bisa dirasakan pembaca menjelang akhir cerita.

Ada satu pertanyaan yang masih membuat saya penasaran pada kisah novel ini. Yaitu mencari titik temu antara puisi Hujan Bulan Juni dan gagasan besar dalam novel itu. Barangkali perlu perenungan ekstra atau saya sendiri yang kurang jenius untuk memaknainya. Terlepas dari itu semua, ini bukanlah resensi buat novel tersebut, hanya sepatah komentar yang ingin dibagikan kepada teman-teman sekalian.

Post a Comment

0 Comments