BEST INDONESIAN NOVEL SO FAR: NEGERI PARA BEDEBAH



Tere Liye

440 halaman, 20 cm

Rating: Dewasa 

Goodreads rating : 4,24

Terbit Juli 2012, Cetakan ke-7

Gramedia Pustaka Utama


----


Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.

Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.

Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat. 

--

   Gue akan langsung to the point kalau gue memberi buku ini rating 5 bintang. Dan itu sudah ingin gue lakukan sejak membaca 70n halaman pertama. Kalian tahu apa yang lebih gila? Ini buku pertama Tere Liye yang gue baca dan gue cuma perlu waktu kurang lebih satu hari untuk menyelesaikannya (bukannya mau sombong atau apa). Yap, Tere Liye yang itu, orang kedua yang kalimatnya paling banyak di quote orang Indonesia setelah Mario Teguh. Dan persiapkan diri, karena review ini seluruhnya akan gue isi dengan segala tipu daya persuasif supaya kalian membaca NEGERI PARA BEDEBAH. 

   Seperti kata Hazel Grace Lancaster, NEGERI PARA BEDEBAH adalah tipe buku favorit pertama. “Buku yang anehnya membuatmu sangat bersemangat untuk menyebarkannya, dan kau merasa yakin dunia yang hancur tidak akan pernah bisa disatukan kembali kecuali- dan hingga- semua manusia hidup membaca buku itu”

   NEGERI PARA BEDEBAH dimulai dengan perkenalan kita terhadap Thomas yang sampai halaman terakhir masih belum gue ketahui siapa nama belakangnya. Seorang konsultan keuangan profesional yang jadwalnya lebih sibuk daripada presiden, yang hanya bisa meluangkan waktunya untuk wawancara singkat ketika di dalam pesawat. Setelah memberikan ceramah memukau di London dan menyelesaikan pertarungan tinju di Singapura, Thomas dihadapkan pada situasi serius yang harus dibereskannya dalam waktu dua hari saja, menyelamatkan Bank Semesta dari kebangkrutan. Kenapa Thomas harus menyelamatkan Bank Semesta? Apa pentingnya Bank Semesta ini? Dan siapa sebenarnya Thomas konsultan-keuangan-profesional-tanpa-nama-belakang ini? 

   Ini tidak akan menjawab pertanyaan terakhir. Thomas adalah seorang WNI yang pintar, cerdas, cerdik. Tahu kenapa gue menggunakan istilah rangkap tiga untuk menekankan kejeniusan Thomas? Nanti kalau baca kalian pasti setuju. Manipulatif, persuasif, blak-blakan, dan mengerikan. Benar, daripada takut kepada penjahat atau bedebah-bedebah lain di buku ini, seharusnya orang yang paling kita takuti adalah Thomas sendiri. Jadi sebenarnya, Thomas ini karakter protagonis ataukah antagonis? Tergantung dari sisi mana melihatnya. 

   Kenapa baru sekarang gue baca buku Tere Liye? Pertama, karena ini review yang diminta khusus dan gue gak punya pilihan lain selain nge-review buku Tere Liye. Kedua, cara khas bercerita Tere Liye. CMIIW, setahu gue, gaya bercerita Tere Liye itu apa adanya, lugas, pilihan katanya gak banyak menggunakan pengandaian (majas). Ketiga, genre. Anggap aja gue gak tertarik baca genre buku Tere Liye. Terutama NEGERI PARA BEDEBAH atau NEGERI DI UJUNG TANDUK (yang secepatnya harus gue baca) karena gue tahu isi buku itu bakal mengulas ekonomi, politik, tipu muslihat kotor negeri ini. Kalau kata Thomas, pembicaraan topik-topik itu penuh omong kosong dan hipokrit. Gak ada habisnya, gak ada gunanya. Belum lagi, gue udah cukup banyak direcokin ilmu ekonomi di kampus. 

   Terima kasih kepada KAPAS BANJARMASIN telah memaksa gue membaca NEGERI PARA BEDEBAH. Sekarang daftar novel yang pengen gue beli bertambah panjang mengingat Tere Liye menerbitkan novel seperti perusahaan menerbitkan saham. Banyak banget novelnya. Menyebalkan. 

   NEGERI PARA BEDEBAH penuh dengan komentar-komentar sinis yang mengkritik. Gue rasa Tere Liye menyadari kalau orang Indonesia itu gak bisa dibilangin dengan cara biasa. Kritikan sinis lebih efektif buat kita. Lebih keren. Lebih menyentuh kalbu. So, terbitlah NEGERI PARA BEDEBAH. 

   Kekuatan buku ini terletak di mana aja? Banyak. Buku yang gue kasih rating 5 pasti hampir sempurna di semua aspek. LOL. 

#1 Karakter-karakter di buku ini kuat. Gak ada karakter yang cuma jadi penggembira dan muncul sia-sia. Semua karakter mengemban bagian mereka masing-masing. Gue pernah bilang kalau Veronica Roth banyak menciptakan karakter-karakter gak berguna di Allegiant dan itu jadi boomerang sendiri bagi ceritanya. Karakter favorit gue setelah Thomas, tentu saja adalah Opa. 

#2 Alur cerita. Rapi, terorganisir (macam kejahatan), menambah intensitas keingintahuan ketika setiap bab berlalu. Jangan lupa, novel setebal 440 halaman ini isinya alur cerita selama dua hari saja –kurang lebih. Jelas ini merupakan versi fiksi persis dari krisis keuangan yang menimpa Indonesia beberapa tahun lalu. Petunjuknya banyak. Satu bank bermasalah yang akhirnya ditalangi pemerintah, menteri keuangan wanita, istilah dampak sistemis, dan lain-lain. Salah satu kelebihan Tere Liye sepertinya adalah menangkap fenomena nyata ke dalam fiksi dan menjadikannya cerita yang luar biasa. Gue hampir berpikir kalau NEGERI PARA BEDEBAH adalah cerita sebenarnya dari krisis keuangan ‘itu’. 

#3 Riset. Entah berapa lama riset yang dilakukan Tere Liye sebelum menulis NEGERI PARA BEDEBAH. Gue yakin riset yang dilakukan lama, serius, dan gak main-main. Buku ini bukan tipe novel yang bisa dibikin seenak jidat. Dan gue paling respect sama novel-novel semacam itu. Bukan cuma penulis karya ilmiah yang harus riset sana-sini, penulis fiksi juga melakukan hal itu. 

#4 Ilmu, nasihat, pesan. Apapun bisa kalian dapat di buku ini. Ilmu ekonomi iya, ilmu politik iya, ilmu jurnalistik iya, ilmu menikung iya. Walaupun kalian gak meminta untuk itu. Gue sih lebih suka baca petuah-petuah bijak Opa. 


Ada keanehan gak di buku ini? Ada kok. 

   Saat Thomas kabur bersama Julia, Opa, dan Om Liem dengan mobil boks Laundry. Thomas yang menyetir mobil itu. Padahal sebelumnya untuk sampai ke rumah Opa di Jatiluhur, Julia yang harus menyetir mobil Thomas. Kalau cuma terkilir kaki sih bisa aja Thomas nyetir lagi. Tapi kan dia baru aja dipukulin dalam upaya membebaskan diri dari kepungan polisi (walaupun pura-pura). Bagaimanapun tetap aja agak aneh. 

   Kemudian saat Thomas kehilangan ponsel. Ia menggunakan ponsel polisi yang disuapnya untuk menghubungi telepon satelit Kadek. Pertanyaannya, dia hapal di luar kepala nomor telepon itu? 

   Dan ini adalah yang paling gak bisa gue terima. Untuk orang sejenius Thomas, bagaimana bisa dia gak menyadari siapa si pengkhianat? Walaupun ada petunjuk dia sudah tahu siapa si pengkhianat sejak awal, di akhir cerita sepertinya dia tetap terkejut. Gue hampir 100% yakin, sejak di Jatiluhur orang itu sudah mencurigakan. 

   Terlepas dari hal itu, Thomas mengingatkan gue dengan karakter Robert Langdon punya Dan Brown. Situasi cerita ini pun hampir sama chaos, sama intensnya, sama mendesaknya dengan Angel & Demon atau Da Vinci Code (seri yang lain gue belum baca). Bedanya, dua novel itu tentang sejarah, simbolisme religi, dan konspirasi dunia. Sedangkan NEGERI PARA BEDEBAH tentang ekonomi, politik, dan ada konsprasinya juga sih. 

   Ada banyak sekali pesan yang bisa diambil dari NEGERI PARA BEDEBAH. Mungkin salah satunya adalah bahwa nafsu manusia terhadap kekayaan, harta, uang, tidak akan pernah habis. Dan karena sebagai manusia kita menyadari itu, seharusnya kita tahu batasan sebelum hal-hal itu memperbudak kita sendiri. 

   After all, gue merekomendasikan NEGERI PARA BEDEBAH untuk semua orang. Khususnya buat mereka yang merasa dirinya koruptor atau politisi. Supaya kalian tobat. 

Sebagai penutup, Thomas memiliki kekurangan. Selera humornya garing. 


RATING 

QUOTE:

“Beri aku waktu dua hari, kau bisa menuliskan semuanya. Aku punya rencana. Aku bukan lagi anak kecil sepuluh tahun yang berlari-lari mengantar susu. Akulah bedebah paling besar dalam cerita ini. Jadi, apakah kau mau membantuku atau tidak, terserah kau.”


Review ini juga bisa dibaca melalui Banjarmazine

Post a Comment

0 Comments