TOP RECOMMENDATION : JULIET - ANNE FORTIER




Anne Fortier

705 halaman

Goodreads rating : 3,90

Januari 2012, Penerbit Qanita


----


   Cinta terlarang. Kawin lari. Racun. Kematian. Shakespeare memasukkan keempat unsur itu dalam tragedi abadinya, Romeo dan Juliet. Jarang ada yang tahu bahwa, Romeo dan Juliet adalah kisah nyata yang benar-benar terjadi, dalam suatu kekacauan di Siena pada 1340 Masehi.

   Sekarang, pada abad 21, Julie Jacobs dikirim kembali untuk menyelidiki kisah itu. Berbekal sebuah kunci, ia berangkat ke Siena untuk mencari harta peninggalan Juliet, yang ternyata adalah nenek moyangnya sendiri. 

   Namun, Julie tak bisa melakukannya sendirian. Titisan Romeo seharusnya membantunya, tapi di mana dia? Karena jika Romeo tidak muncul, Julie terancam akan mengalami tragedi besar, seperti yang dikisahkan Shakespeare ratusan tahun silam. 

===

   Pertama-tama gue ingin mengakui kalau buku ini awesome, perpaduan cerdas antara sejarah, Sienna, dan Romeo – Juliet. Baca buku ini berasa membaca teka-teki. Gue gak bisa melewatkan satu kata pun kalau gak mau kehilangan petunjuk pentingnya. Kalau mau jujur, bahkan sampai halaman 500n aja gue masih gak bisa nebak apa yang akan terjadi sama karakter-karakternya. Dan itu bikin frustasi banget. 

This book set my couriosity on the roof. 

   Setelah kematian Bibi Rose dan kenyataan bahwa ia tidak mendapat warisan apapun untuk membayar tagihan kartu kreditnya, selain sepucuk surat dan kunci kotak penyimpanan surat berharga nun jauh di Italia. Julie terpaksa harus berangkat ke Sienna untuk berburu harta karun warisan dari ibu kandungnya. Petualangan itu menuntun Julie kepada leluhurnya, Giulietta Tolomei, yang menginspirasi terciptanya Juliet dalam kisah Shakespeare. Sebelum Julie menyadari, ia telah memasuki plot cerita persis seperti yang dialami Giulietta. Apakah sejarah itu akan berulang bahwa ia akan berakhir dalam kematian karena cintanya kepada Romeo, laki-laki yang bahkan tidak ia ketahui keberadaannya? 

   Untuk ukuran sebuah novel yang judulnya biasa banget, ‘Juliet’ gak bisa diremehkan. Kalau baca sinopsis singkat di belakang buku dan embel-embel kisah Romeo dan Juliet, gue sendiri mikir kalau buku ini pasti all about romance. Karena ketika beli, memang tujuan gue mau baca historical romance semacam Pride and Prejudice –saat itu. Well, siap-siap terkejut deh ya. 

   Roman hanya salah satu unsur yang membuat buku ini menarik. Jujur aja, gue pribadi gak bakalan mau baca novel yang gak ada sentuhan romance-nya. Misteri? Fantasi? Distopia? Okay, tapi harus ada sentuhan romance. Seperti yang gue bilang, buku ini lebih mengarah pada sejarah. Terutama sejarah kota Sienna di Italia. 

   Berbicara tentang Romeo dan Juliet pasti tentang dua keluarga yang bermusuhan. Ini lebih rumit daripada itu. Tidak ada Capulet dan Montague. Di kisah ini bertambah satu keluarga. Jadi ada keluarga Tolomei, Salimbeni, dan Marescotti. Julie Jacobs adalah keturunan langsung Giulietta Tolomei, yang merupakan karakter Juliet di Romeo dan Juliet Shakespeare. Dan kalau ada Juliet, pasti ada Romeo. Ada! Cewek yang baca buku ini pasti jatuh cinta dengan Romeo Marescotti di abad pertengahan. Romeo di masa modern? Itu rahasia, kalau gue bilang di sini berarti spoiler. Sejak awal gue udah curiga siapa Romeo di masa modern itu. Yeah, like you can deceive me. Terlalu banyak petunjuk siapa karakter pria utamanya. 

   Ngomong-ngomong tentang Romeo Marescotti, gue akan berbagi bagian favorit gue di buku ini. Yaitu bagian di mana Romeo mengikuti perlombaan Palio untuk memenangkan cencio. Sebagai tantangannya terhadap Messer Salimbeni yang ingin merebut Giulietta. Pada bagian itu gue pikir, ‘Juliet’ milik Anne Fortier ini bakalan seru banget kalau diadaptasi jadi film. Situasi novel ini campuran Da Vinci Code, National Treasure, and Romeo Juliet. Bagian Romeo ikut perlombaan Palio itu kira-kira masih permulaan, dan setelah gue baca itu, I can’t stop. I just can’t. 

   Ada satu karakter yang memang sejak diciptakannya karakter itu udah ketahuan antagonis. Dia adalah Messer Salimbeni. Beberapa bagian cerita Messer Salimbeni sukses bikin gue siap mengeluarkan kutukan crutiatus. Terutama bagian saat akhir dari lomba Palio yang diikuti Romeo. Saking bencinya gue sama karakter Messer Salimbeni, ibaratnya kalau gue jadi Anne Fortier, Messer Salimbeni akan jadi karakter pertama yang gue bunuh dengan sadis. 

   Gue gak pernah nonton film Romeo Juliet, baik yang dimainkan Leonardo Di Caprio atau yang tayang tahun 2013 kemarin. Tapi setahu gue, Juliet itu gak punya kembaran. Benar gak sih? Tapi di buku ini, Juliet punya kembaran. Namanya Giannozza Tolomei atau yang di masa modern bernama Janice Jacobs. Mereka bukan kembar identik. Tapi Julie menggambarkan kalau Janice jauh lebih cantik dari dirinya. Di kisah abad pertengahan, Giannozza tidak memiliki peranan cukup banyak dalam cerita. Di masa modern, Janice merupakan karakter yang pertama-tama luar biasa menyebalkan, bit*h sister. Julie dan Janice walaupun kembar seperti bukan saudara. Julie gak suka dengan Janice, Janice lebih gak suka dengan Julie. Tapi gue suka banget perubahan Janice di cerita ini. Bagaimana dia ternyata peduli dengan Julie tanpa kehilangan sifat alaminya yang sinis dan penuh ejeknya itu. Di kisah masa modern, Janice punya peran yang penting. 

   Kenapa bukunya tebal banget? Karena cerita Juliet yang ditulis Anne Fortier ini memiliki dua kisah yang berbeda waktu. Jadi, ada kisah Julie Jacobs di masa modern dengan point of view orang pertama dan ada kisah Giulietta Tolomei di abad pertengahan yang dibaca Julie dari buku catatan Maestro Ambrogio. Masing-masing diceritakan selang-seling per bab. Dua kisah ini saling berkaitan dan serius deh, kedua kisahnya benar-benar bikin kecanduan. Terutama kisah Giulietta. Dan itu unexpected, gue kira gue bakal dengan sengaja melewatkan kilas balik sejarah di abad pertengahan itu karena mungkin membosankan. Tapi kalau bacanya ngebut kaya gue kemarin, dijamin bakalan rada gak rela mendekati akhir cerita dan pas sampai di halaman 705 pasti bilang, “Udah selesai? I need more”

   Peringatan lain tentang buku ini, jangan pikir kalau ceritanya mudah ditebak. Gue sampai mencurigai semua karakter kecuali Julie Jacobs. Gue mencurigai Direttor Rossini, Fransesco Maconi, Peppo, Pia, Eva Maria, Alessandro, Malena, Bibi Rose, Umberto, bahkan Janice. Semacam semua karakter memiliki bagian mencurigakannya masing-masing. Misalnya Direttor Rossini yang menyimpan kotak ibu Julie di brankas hotel tanpa permintaan. Atau Janice yang ternyata berbohong dan menuduh Alessandro menyusup ke kamar hotel Julie dan mengacak-acak isi kopernya. Atau tindakan Peppo yang keras kepala menyimpan cencio dan belati Romeo di Museum Burung Hantu. Dan banyak atau yang lain. 

   Satu-satunya yang membuat gue sedikit kecewa di buku ini adalah karakter Umberto. Dia dan semua rahasia yang disimpannya. Dan bagaimana akhir yang diberikan Anne Fortier kepada Umberto. Masa gitu aja? Umberto ini salah satu karakter kunci yang memiliki andil besar dalam semua teka-teki. 

   Cerita ini sepenuhnya berkisah di Sienna, Italia. Dari catatan penulis, gue tahu kalau dilakukan riset satu tahun untuk menulis buku ini. Dan itu sepadan. Penulisnya sendiri, Anne Fortier memiliki gelar Ph.D. Itu menjelaskan aura rumit plotnya. Ada kalimat begini di covernya, “Da Vinci Code untuk para wanita cerdas dan modern...(Publishers Weekly)” Gue udah baca Da Vinci Code beberapa tahun yang lalu. Dibandingkan Angel & Demon, gue lebih suka Angel & Demon. Ingatan gue gak terlalu kuat mengenai bagaimana serunya Da Vinci Code, tapi gue tahu kalimat dari Publishers Weekly itu bukan cuma sekedar kalimat bualan promosi. Lagipula buku ini New York Times Bestseller. 

   Salah satu daya tarik “Juliet” yaitu setting tempat, Sienna. Buku ini mengeksplor Sienna habis-habisan. Gak tanggung-tanggung. Bukan cuma Sienna sebagai tempat, tapi kebudayaan, seni, politik, sejarah, dan kebiasaan di kota tersebut. Kita dikenalkan pada contrada-contrada, palio, tempat bersejarah, tempat wisata, ruang bawah tanah, museum, struktur kota, dan keadaan arsitektur Sienna yang masih mempertahankan sentuhan abad pertengahan. Kalau di Anna & The French Kiss, pembaca diajak jalan-jalan di Paris. Di Juliet, bersama Julie, pembaca diajak melakukan petualangan memecahkan potongan puzzle. Kepingan puzzlenya tersebar di seluruh bagian Sienna. 

   Salah satu yang menurut gue adalah kejanggalan yaitu ketika Nino Salimbeni berkata, “Baiklah. Aku akan menjadi Paris dan mengambil istrimu, Pria Tua...” kepada ayahnya, Messer Salimbeni. Pertama-tama, menurut buku ini di tahun 1340 M pada saat Nino mengatakan kalimat itu, Shakespeare belum menulis Romeo dan Juliet. Dari pemahaman yang gue tangkap di novel ini –ceritanya, mungkin- Shakespeare menulis Romeo dan Juliet berdasarkan kisah nyata Giulietta Tolomei dan Romeo Marescotti yang terjadi di Sienna. Ada penulis-penulis lain sebelum Shakespeare. Kedua, Paris merupakan nama karakter di cerita Romeo dan Juliet milik Shakespeare. Jadi kenapa Nino menyebut Paris bahkan sebelum ia tahu kisah Romeo dan Juliet yang ditulis Shakespeare? Btw, gue gak baca Romeo & Juliet yang ditulis Shakespeare, pendapat gue tentang Paris sebagai karakter di Romeo & Juliet Shakespeare adalah pemahaman yang gue dapat dari buku ini juga. Jadi yah, itu tetap aja janggal. 

   Buku yang gue baca merupakan terjemahan tahun 2012. Gue gak tahu stocknya masih ada atau gak di toko buku. Soalnya gue beli di book fair. Terjemahan dan cetakannya, seperti biasa dari Qanita, rapih dan mudah dibaca. Covernya, berdasarkan selera gue, untuk versi terjemahan Indonesia memiliki cover yang lebih keren. Gak menemukan typo, kayaknya. Karena gue terlalu larut dalam ceritanya. 

   Pesan moral buku ini? Tergantung yang baca sih memahami pesan yang mana. “Jangan mempercayai siapapun yang bernama Salimbeni. Sekali Salimbeni tetap Salimbeni” Jadi kejahatan masa lalu memang tidak bisa diubah, tetapi kita tidak bisa menghakimi karakter seseorang dari nama yang disandangnya. One of the messages. Read it by yourself to find the rest. 


Rating 


Quote:

“Romeo, Romeo,” cemoohnya, “selalu Romeo. Karena itukah kau datang ke Sienna? Untuk mencari cowok lucu dengan kaki lincah dan tangan bagus? Well, aku khawatir kau akan kecewa. Romeo ini sama sekali tidak seperti Romeo yang kau tahu. Ia tidak akan bercinta dengan bait-bait berirama. Percayalah padaku: ia bajingan tulen. Seandainya aku dirimu,” –ia akhirnya menatapku- “aku akan membagi balkonku dengan Paris kali ini.”


Review ini juga bisa dibaca melalui Banjarmazine

Post a Comment

0 Comments