MILEA: SUARA DARI DILAN - TERIMA KASIH PENJELASANNYA, DILAN



Pidi Baiq

360 halaman; 20,5 cm

Goodreads rating: 4,20

Cetakan III, September 2016

Pastel Books

--


   Gue beli Milea, Suara Dari Dilan pada bulan Oktober 2016. Sehari setelah wisuda. Saat itu, buku ini udah terbit kira-kira beberapa bulan. Iya, gue juga udah tau. Dan gue masih ragu-ragu mau beli apa enggak. Kan gue udah tahu endingnya kek gimana dan jujur aja gue termasuk golongan mereka yang patah hati. Hahaha. 

Pada akhirnya gue beli juga sih.

   Pertama baca gak sampai selesai. Entahlah terpotong di halaman berapa. Intinya gue gak semangat aja bacanya. Pikir gue saat itu, putus ya putus aja udah gak usah dijelasin (walaupun sebenarnya gue punya daftar pertanyaan seperti yang kalian baca di review buku Dilan kedua). Gue beli juga supaya lengkap aja serinya. 

   Begitulah keadaannya sampai bulan Agustus 2017. Di mana TBR gue menumpuk (serius!). Gak tahu kalau kalian, kalau gue sih gak punya jadwal urutan buku mana yang harus gue baca selanjutnya. Asal comot aja dari rak buku. Daaaannn, terpilihlah Milea. 

   Gue juga sedikiiit merasa bertanggung jawab. Karena rata-rata orang yang berkunjung ke blog gue karena baca review Dilan #1 dan Dilan #2


Here is my thought...

   Gue senang buku ini gak scene to scene menceritakan apa yang terjadi di dua buku sebelumnya berdasarkan sudut pandang Dilan. Cuma yang perlu-perlu aja, menurut Dilan. Juga ada beberapa cerita kebersamaan Dilan dan Milea yang diceritakan Dilan di buku ini tapi gak ada di dua buku sebelumnya. 

I love that. 

Makasih ya Dilan (terlepas dari kamu itu manusia asli atau manusia fiksi aja, I really dont care anymore) udah mau menambahkan cerita kebersamaan dengan Milea. Karena setelah terhempas ke ending yang tidak bahagia itu, walaupun cuma pembaca aku merasa tidak ikhlas dan rasanya perlu tambahan momen manis. Huehehe.

   Tapi ada sedikit gak enaknya juga. Ketika Dilan mengarahkan ke beberapa kejadian yang kemudian dia bilang, seperti yang diceritakan Milea. Gue kembali ke dua buku sebelumnya mencari-cari kejadian itu. Gue emang pelupa sih. Tapi kalau gue gak cek balik, gue yakin gak akan bisa menikmati buku ketiga ini seperti yang seharusnya. I wont get that feel. Syukur aja gue rajin dan kedua buku sebelumnya bukan pinjaman. 

   Gue juga senang bisa mengenal karakter Dilan dari sudut pandang dirinya sendiri. Sedikit banyak itu menjelaskan tindakannya yang ada kaitannya sama geng motor. Dan entah kenapa gue merasa kalau yang baca buku ini laki-laki pasti lebih paham dengan keputusan-keputusan Dilan. Nah juga, Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang punya anak remaja cowok, sebaiknya baca buku ini –sangat disarankan. Hitung-hitung jadi buku panduan How To Be A Cool Parent. Dan kita semua perlu belajar dari Dilan mengenai salah satu sifatnya yang gue suka banget. Dia gak nge-judge baik buruknya orang lain, dia berteman dengan siapa saja. 

   Mengenai analisis ngawur gue *ceilah* di buku kedua dimana gue bilang ketika Milea mengatakan Dilan berubah dan gue pikir pada saat baca buku itu, Milea cuma belum mengenal sisi Dilan yang lain ini dan Dilan memang belum menunjukkannya. Ternyata *maaf ya spoiler* Dilan juga berpikir kalau Milea berubah. Hmm... interesting ‘kan?

  Dua orang bisa aja saling mengatakan “kamu berubah” ke satu sama lain sampai negara api menyerang dan Jon Snow menjinakkan salah satu naga Daenerys. Gak ada yang bisa membuktikan kebenaran dari perkataan itu. Karena apa? Karena kalimat itu subjektif sekali. Namanya juga orang pacaran kan? Pastinya pengen bahagia aja terus. Sebaiknya gak ada masa-masa sedih. Lalu Dilan dan Milea dihadapkan pada situasi yang memaksa mereka gak bisa bahagia. Bahasa kerennya, cobaan. Ya mereka bereaksi lah. Milea jadi gini, Dilan jadi gitu. Then they failed to face it. They failed to love each other at their worst so they dont deserve each other at their best. Intinya gak jodoh. Pahit gak? Pahiiiit. Ha ha ha

   Kalau di buku pertama perasaan gue setelah selesai baca adalah berbunga-bunga, di buku kedua patah hati, di buku ketiga ini gue merasa lega. Gue aja ya, yang cuma pembaca, merasa gak tenang setelah baca buku kedua sampai ending. Apalagi -kalau mereka real- Milea dan Dilan yang mengalami. Bayangkan perasaannya. Kisah mereka ini gak akan bisa tuntas kalau gak ada penjelasan. Itulah asal muasal gak bisa move on. Hayo, siapa yang kisahnya udah berakhir tapi sebenarnya masih ada yang gak tuntas. Eta terangkanlah. Hahaha. 

Terima kasih Dilan sudah menjelaskan. 


   Bagi yang masih gak bisa menerima akhir kisah Dilan dan Milea bahkan setelah baca buku ketiganya: mungkin kalian baca buku ketiganya terlalu cepat. Habis baca buku kedua, lima menit kemudian langsung baca buku ketiga. Bagi yang emang belum baca buku ketiganya, saran gue: kasih jeda, kira-kira 5 tahun kemudian. Hahaha. 

   Buat kalian yang memang benar-benar belum bisa menerima kalau Dilan dan Milea gak jodoh, nih gue kasih garam. Biar tambah nyess. *ketawa jahat banget* Awas spoiler.

“Menurutku, Lia itu seorang yang harus dilindung dari orang yang memperlakukan dia seperti orang bloon yang tidak tahu apa-apa. Lia itu semacam orang yang ingin dibiarkan menjalani hidup dengan suasana yang luwer, lancar, dan orisinal. Dikasih sedikit campuran Rock ‘n Roll tetapi yang Lillahita’ala.” 
Dilan mengenai karakter Milea. Semprul ya dia. Hahaha

“Mau ke mana? Hmm?”

“Sun dulu!”

“Di sini?”

“Pakai pikiran.”

“Maksudnya?”

“Kamu bayangkan aja lagi nyium, terus bilang kalau udah.”

“Oke.” - “Udah.”

“Ke mana?”

“Ke hidungmu, kamu?”

“Bibirmu.”

Lia ketawa. “Lagi, lagi, lagi.”

“Udah, ah!”

“Aku ingin ke bibirmu juga....”

“Nanti aja. Nanti mah beneran.”

“Siap grak, Komandan!"
Dilan dan Milea di warung Bi Eem, lagi mesra-mesranya. Asfajgdakjfhkgkj

“Kamu sama Lia?”

“Enggak, Ayah.”

“Ajak Lia,” jawab Ayah pelan dengan bibir bergetar.

“Nanti, ayah.”

Dilan saat terakhirnya bersama Ayah. 

Jika saja hal itu sederhana, mungkin tidak akan begitu menyedihkan, hingga mengalir melalui pembuluh darahku. Dan aku melihat si Bunda memiliki air mata di sarapan paginya. “Bunda rindu Lia,” katanya.
Dilan di penutup.

Sekali lagi ditegaskan, gue udah menerima akhirnya. Tapi ketika gue baca bagian ayah dan bunda Dilan yang menanyakan Milea, semacam lo lagi sariawan terus lo makan apa kek pokoknya panas-panas pakai sambel pedas lombok asli level dewa terus dikenain ke bagian yang sariawan itu, kira-kira seperti itulah. 

Sebagai quote penutup.

“Aku ingat, aku pernah bilang kepadanya jika ada yang menyakitinya, maka orang itu akan hilang. Jika orang itu adalah aku, maka aku pun harus hilang.”
Dilan   


Ps. Gue gak mau komentar mengenai film Dilan. 

Hahaha.

Sekian. 

Terima kasih.



RATING



Post a Comment

1 Comments