WILL GRAYSON, WILL GRAYSON


WILL GRAYSON, WILL GRAYSON

John Green & David Levithan
352 halaman; 20 cm
Goodreads rating: 3,83
Cetakan I, 2015
Gramedia Pustaka Utama

--

      Will Grayson, Will Grayson bercerita tentang dua orang remaja bernama sama dengan kepribadian berbeda yang tidak mengenal satu sama lain karena suatu keadaan akhirnya bertemu di sebuah toko porno. Pertemuan tidak terduga itu berujung pada pertunjukan musikal paling epik yang pernah ada.

 --

     Sebelumnya gue mau mengungkapkan fakta dulu. In case you dont know. Novel ini merupakan proyek bersama John Green dan David Levithan. Masing-masing menulis bab yang berbeda. John Green menulis Will Grayson di bab ganjil dan David Levithan menulis Will Grayson di bab genap. John Green bilang mereka gak punya rancangan plot ketika menulis novel ini. Mereka cuma menentukan nama karakter (Will Grayson), di mana mereka akan bertemu (Frenchy’s), dan waktu kedua karakter bertemu. Dan novel ini ditulis dalam waktu satu tahun.


     Will Grayson, Will Grayson cuma dapat 3 bintang loh di goodreads. Sama kayak Abundance of Katherines. Gue baca novel-novel 4 bintang yang kualitasnya di bawah Will Grayson, Will Grayson. Gue bisa bilang kalau novel ini termasuk underrated. Will Grayson, Will Grayson is unexpectedly good if I can forgive the whole mood in the beginning.


     Gue paham kenapa beberapa orang mungkin nge-DNF novel ini karena gue juga hampir melakukan itu. Awal cerita novel ini memang perlu kesabaran ekstra. I mean,kalau pembaca gak mood baca novel dari awal, pasti gak bakalan tuntas baca novel ini. Gue berani taruhan.


     Pembaca yang sudah familiar dengan karya John Green pasti sadar Will Grayson gak beda jauh dari karakter cowok di novel-novel John Green yang lain. Good boy, a little bit nerd, has sidekick bestfriend, do his assignment on time, and fall in love with cool girl. Justyour typical friendzone guy. Mungkin karakter seperti itu adalah ciri khas John Green, tapi gue gak bisa mengesampingkan fakta kalau sepertinya John Green menggunakan formula yang sama di setiap novelnya. Hal itu bikin gue agak sedikit kecewa. Sedangkan untuk David Levithan, ini pertama kalinya gue baca karyanya. Jadi gue gak bisa komentar banyak sih.


     Will Grayson yang ditulis John Green? Well, he whined a lot. Menurut gue sih, Will Grayson yang satu ini kehidupannya sebagai remaja baik-baik aja. So so. Gak ada yang terlalu drama. Tapi dia selalu mengeluh Tiny ini, Tiny itu. Will Grayson yang satu ini gak tau apa yang dia inginkan, walaupun hal itu ada di ujung hidungnya. Semacam kurang bersyukur. He makes simple thing becomes complicated.

     Sedangkan Will Grayson satunya, yang ditulis David Levithan, adalah remaja egois dengan pikiran tersuram yang pernah gue baca. His first chapter? He acted as a complete jerk. Dia cuma menjalani kehidupannya untuk satu hal saja, yaitu Isaac. Yang lain dia gak peduli, masa bodoh. I feel like dragging myself when I read his chapters. Di awal cerita pembaca harus bersabar melewati fase yang ini.


     Pembaca cuma perlu bersabar dan melewati 122 halaman.  Which is a lot. Setelah itu ceritanya membaik. Gue sebut itu titik balik. Cerita yang awalnya berpusat pada kedua Will Grayson berubah haluan dan berpusat kepada Tiny Cooper. In fact, Will Grayson Will Grayson should said thanks to Tiny Cooper. He is the best thing happened in this book. He is the main reason. He is the Alaska and Margo of this book.

     Apa yang terjadi setelah pertemuan itu dan kenapa sinopsis menyebutkan “berakhir menjadi pertunjukkan luar biasa fenomenal”, sebaiknya kalian baca sendiri. Tapi gue berani jamin kalau ending novel ini sensasional dan epik.


     Will Grayson, Will Grayson adalah novel bertema gay pertama yang gue baca. Sejujurnya, hal itu bikin gue agak gak nyaman di awal. I lived in majority muslim country. I raised in environtment that condemn it. I’m a conventional person and I think man should be with woman, it’s their nature. But I know I have no right to judge about it. Because it’s not related to me, it’s not my fight. I just don’t care.


    Gue rasa itu juga jadi faktor yang mempengaruhi kenapa novel John Green yang ini gak begitu populer di Indonesia. Kalau novel ini gak ada embel-embel John Green, gue juga gak akan beli. But overall, my favorite character on this book is Tiny Cooper and he is gay. That speaks a lot about the story, right?


     To my Indonesian fella, if you want to challenge your conservative mind, try this book.


QUOTES.


"ketika sesuatu patah, bukan patah itu yang menghalangi kedua bagian bersatu lagi. tapi karena ada satu kepingan kecil yang hilang sehingga dua ujung yang tersisa tak bisa bertaut kembali meskipun mereka menginginkannya. seluruh bentuknya telah berubah."
Will Grayson, genap, hal.195

"Kita suka pada orang yang tak bisa balas menyukai kita karena cinta tak berbalas itu bisa bertahan dalam satu cara yang tak bisa dilakukan oleh cinta yang dulu pernah-berbalas."
Will Grayson, ganjil, hal. 52

RATING




Post a Comment

0 Comments